Minggu, 22 Mei 2011

BROTOWALI, ANTI MALARIA


                                                                                                    By: Agus Wahyu Erawan
Indonesia merupakan Negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa, yang menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis. Iklim inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang tersebar dari sabang hingga merauke.
Keanekaragaman tumbuhan yang terdapat di Indonesia merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya, mengingat banyak keuntungan yang dapat kita peroleh. Dari ribuan jenis tanaman yang terdapat di negara ini, sebagian sudah diketahui manfaatnya. Salah satunya adalah tanaman yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan.
Masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan tanaman sebagai bahan obat sejak dahulu secara tradisional. Hal ini mengingat Indonesia dengan iklim tropisnya juga merupakan tempat perkembangan penyakit yang ideal. Salah satu penyakit di Indonesia yang sampai saat ini masih terus berkembang dan sulit untuk diberantas adalah penyakit malaria.
Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa malaria yang lebih dikenal dengan Plasmodium malariae, yang menyerang sel darah merah. Walaupun umumnya tidak berakibat fatal, namun penyakit ini dapat menyebabkan produktivitas kerja penderita malaria berkurang atau turun. Bahkan belakangan ini, penyakit malaria sudah mulai berkembang dan bertambah ganas hingga menyebabkan kematian.
Malaria tergolong penyakit menular. Penularan penyakit ini dari manusia ke manusia dengan perantara nyamuk Anopheles, yang banyak berkembang di sekitar kita. Salah satu gejala yang ditimbulkan adalah dengan meningkatnya suhu badan sampai 40 derajat Celcius. Penderita malaria juga dapat merasa mual dan muntah, dapat juga dengan adanya pembengkakan kelenjar limpa dan muka pucat.
Berbagai cara telah ditempuh untuk menanggulangi masalah ini, baik dengan memutus daur hidup nyamuk penyebar penyakit, dan juga dengan memberikan vaksin bagi penderita yang dapat mengurangi penyebaran dan efektivitas plasmodium malariae yang terdapat di dalam tubuh.
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan mengkonsumsi ekstrak dari tanaman obat yang dapat memutus daur plasmodium di dalam tubuh. Ada banyak tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengobati malaria. Salah satunya adalah tanaman brotowali (Tinospora crispa). Tanaman ini sudah dikenal sejak lama sebagai tanaman obat yang berkhasiat untuk menyembuhkan malaria karena mengandung senyawa organik Tinokrisposid  yang mampu membunuh plasmodium di dalam tubuh.

 
Brotowali (Tinospora crispa)
 (Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin t)
Sinonim :
Tinospora rumphii, Boerl. T. tuberculata Beumee. Cocculus crispus, DC. Menispermum verrucosum. M.crispum, Linn. M.tuberculatum, Lamk.
Familia :
Menispermaceae
Tempat Hidup
Brotowali merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh liar di hutan, ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar. Biasanya tanaman ini ditanam sebagai tumbuhan obat tradisional oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini menyukai tempat panas, tumbuh dengan baik pada ketinggian sekitar 1000 meter diatas permukaan laut, termasuk perdu, memanjat, dengan ciri-ciri tinggi batang sampai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat pada permukaan batangnya, memiliki rasa yang sangat pahit. Daun tunggal, bertangkai, berbentuk seperti jantung atau agak budar telur berujung lancip, panjang 7 - 12 cm, lebar 5 - 10 cm. Bunga kecil, warna hijau muda, berbentuk tandan semu. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan cara stek.

Kegunaan
Masyarakat Indonesia mengenal brotowali sebagai tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional yang sering disebut jamu (loloh). Brotowali merupakan salah satu tumbuhan berkhasiat yang banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Tanaman ini dipercaya dapat menyembuhkan demam, radang hati (hepatitis), rematik, kencing manis, sciatika, malaria,sakit perut, diare dan meningkatkan nafsu makan. Selain itu, brotowali kerap digunakan untuk pengobatan luar, misalnya mengatasi luka, kudis, dan koreng (skabies).
Bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat adalah batang dan daunnya. Kedua bagian tanaman tersebut biasanya direbus dengan sejumlah air dan menghasilkan cairan yang rasanya sangat pahit atau di kalangan jamu jawa dikenal sebagai pahitan. Rasa pahit brotowali dihasilkan oleh senyawa pikroretin.
Dibutuhkan tigaperempat jari batang brotowali segar. Potong batang seperlunya lalu rebus di dalam 4,5 gelas minum air. Biarkan mendidih hingga sisanya tinggal separuh. Air rebusan disaring, tambahkan pemanis gula. Setiap hari, penderita malaria dianjurkan menenggak tiga kali, dan masing-masing tigaperempat gelas minum

Komposisi
Tumbuhan brotowali (Tinospora crispa) telah lama digunakan untuk pengobatan. Tinospora crispa mengandung zat pahit tinokrisposid dan beberapa alkaloid seperti aporfin, berberin dan palmatin. Hasil pemeriksaan efek farmakologi senyawa tinokrisposid berkhasiat sebagai analgetik, koagulansia, antiinflamasi dan antidiabetes.
Sifat kimiawi dan efek farmakologis dari tanaman ini pahit, sejuk. Menghilangkan sakit (Analgetik), penurun panas (antipiretik), melancarkan meridian. Adapun kandungan kimia organik lainnya antara lain damar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin, dan harsa. Akarnya mengandung alkaloid berberin dan kolumbin.

Tinokrisposid
Senyawa tinokrisposid adalah suatu senyawa sangat pahit yang mempunyai struktur furanoditerpenglikosida. Struktur ini mirip dengan struktur senyawa nimbolid yang mempunyai efek antimalaria. Malaria merupakan salah satu penyakit yang disebabkanoleh parasit.
Penyakit ini telah lama dikenal dan paling luas penyebarannya terutama di daerah tropis. Sejak tahun 1956, WHO telah melaksanakan program pemberatasan penyakit malaria secara intemasional dan hasilnya sangat memuaskan sampai tahun 70-an, tetapi belakangan ini penyakit malaria kembali meluas, disebabkan oleh munculnya galur plasmodium yang resisten terhadap obat-obat malaria yang ada. Untuk mengatasi masalah di atas, dilakukan berbagai usaha pencarian obat baru, baik dari obat tradisional, obat sintetis, maupun pembuatan vaksin antimalaria. Berdasarkan informasi tentang struktur tinokrisposid dan khasiat brotowali secara tradisional sebagai antimalaria, maka dilakukan penelitian efek senyawa tinokrisposid terhadap malaria

Isolasi Senyawa Tinokrisposid
Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa tinokrisposid adalah dengan menggunakan bagian tanaman brotowali, dimana batang Tinospora crispa yang telah dihaluskan diekstraksi dengan 25 L etanol selama 3 jam dengan alat refluks ekstrakdi dilakkan 2 sampai 4 kali hingga ekstrak tidak begitu pahit rasanya. Ekstrak etanol disaring, dipekatkan sampai tidak lagi mengandung etanol.
Ekstrak dilarutkan dengan asam asetat 4%, kemudian disaring. Filtratnya dibasakan dengan amonia pekat sampai pH 9, kemudian dikocok 3 kali menggunakan kloroform jenuh air. Lapisan kloroform dipisahkan dengan corong pisah, dikeringkan dengan natrium sulfat, dan dipekatkan.

Pemisahan ekstrak
Ekstrak kloroform diperiksa dengan KLT dengan Silika gel 60 H Merck sebagai fase diam dan campuran kloroform-etanol (4:1), sedangkan penampak bercak Pereaksi Dragendorff-Munier, pereaksi kobalt (II) tiosianat dan pereaksi I-KI. Dari kromatogram dapat diamati adanya tiga bercak alkaloid pada Rf 0,07, 0,27 da 0,4.
Bercak III memberikan reaksi yang lebih kuat terhadap perekasi alkaloid, selanjutnya diusahakan memisahkan bercak III dengan KLT preparatif dengan fase diam Silika gel 60 H Merck sebagai fase diam dan campuran kloroform-etanol (4:1), sedangkan penampak bercak Pereaksi Dragendorff-Munier.
Bercak II dikerok dari plat KLT, dimsukkan ke dalam sebuah kolom, dielusi dengan aseton sampai tetesan terakhir tidak memberikan reaksi positif terhadap pereaksi Dragendorff-Munier.
Proses kristalisasi dilakukan dengan pemekatan pada suhu 40oC dengan tekanan rendah, akan terbentuk kristal jarum berwarna kehijauan dengan rasa sangat pahit dan memberikan reaksi positif alkaloid. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kristal dengan KLT.
Rekristalisasi dilakukan dengan KLT preparatif dengan Silika gel 60 H Merck, fase gerak kloroform-etanol-amonia (70:26:40) dan penampak bercak pereaksi Dragendorff-munier bercak dengan Rf 0,33. Bercak dikerok kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kolom kecil kemudian dielusi dengan aseton sampai sempurna. Eluat dipekatkan pada suhu 40oC dan tekanan rendah kemudian dibiarkan dan terbentuk kristal jarum berwarna kekuningan. Kristal ini dimurnikan dengan kristalisasi menggunakan pelarut etanol
Pemeriksan kemurnian isolat dilakukan dengan KLT metode pengembangan satu dimensi dengan berbagai pelarut dan KLT metode pengembangan dua dimensi.
Isolat diperiksa jarak lebur, suhu lebur,spektrum ultraviolet, spektrum resonansi magnet inti, dan pemeriksaan spektrum massa.
Dari Tinospora crispa (L.) Miers ex hook. F. & Thems., dapat diisolasi suatu senyawa pahit dari golongan alkaloid berupa kristal putih berbentuk jarum, berasa sangat pahit, dengan jarak lebur 124-1250C.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. ”TANAMAN OBAT INDONESIA”. www.ipteknet.com
Anonim. 2007. “Brotowali - Natural Support for Diabetic”. http://www.b2btrade.biz/leads_77699/
Anonim . 2008. “Tanaman Pengusir Malaria”. www.Tabloid_Nova.com
Ryan, Enny Perbani T . 2008. “Khasiat di Balik Pahitnya Brotowali”. http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=12&aid=271
Zambrut, A. Dkk. 2001. “Aktivitas Antimalaria Senyawa Tinokrisposid”. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12_AktivitasAntimalariaSenyawaTinokrisposid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon dukungan dan Komentarnya...