Jumat, 11 Februari 2011

PENENTUAN KONSENTRASI PROTEIN PADA LARUTAN PUTIH TELUR SECARA LOWRY

Kembali saya postingkan laporan praktikum biokimia. Data lengkap bisa di DOWNLOAD DISINI. Semoga bermanfaat. 

Dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan aktivitas. Untuk melakukan aktivitas itu, kita memerlukan energi yang dapat diperoleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia, yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Suatu molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino tertentu dengan susunan yang sudah tertentu pula dan bersifat turunan. (Aisjah Girindra: 1986)

Protein merupakan biopolymer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural pada sel maupun jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, sebagai pengemban atau pembawa senyawa atau zat ketika melalui biomembran sel, dan sebagai zat pengatur. Selain itu protein juga merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada hampir semua organisme. Protein merupakan instrumen yang mengekspresikan informasi genetik. Protein mempunyai fungsi unik bagi tubuh, antara lain menyediakan bahan-bahan yang penting peranannya untuk pertumbuhan dan memelihara jaringan tubuh, mengatur kelangsungan proses di dalam tubuh, dan memberi tenaga jika keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak.

Untuk memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh, seseorang harus mengkonsumsi makanan yang mengandung protein. Salah satu makanan yang mengandung protein yang sering dikonsumsi oleh manusia adalah telur. Telur biasanya dikonsumsi sebagai lauk. Untuk mengetahui kandungan protein dalam telur dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan metode Lowry. Kelebihan dari metode ini yaitu metode Lowry mempunyai sensitivitas tinggi yaitu 10-20 kali dari cara uv atau biuret. Disamping itu metode ini dapat mengukur kadar sampel yang sangat kecil, bahan yang diperlukan sedikit, serta waktu pengerjaan relatif singkat. Oleh karena itu, analisis kadar protein pada telur ini (larutan albumin) secara Lowry.

Reagen pendeteksi gugus-gugus fenolik, seperti reagen Folin-Ciaocalteu, dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi protein. Dalam bentuk paling sederhana reagen Folin-Ciaocalteu dapat mendeteksi residu tirosin (dalam protein) karena kandungan fenolik dalam residu tirosin yang mampu mereduksi reagen Folin-Ciaocalteu yang terdiri dari fosfotungstat dan fosfomolibdat menjadi tungstat dan molibdenum yang berwarna biru. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut.
Reaksi reduksi fosfomolibdat oleh residu tirosin.


Reaksi reduksi fosfotungstat oleh residu tirosin

 
 
Tungstat dan molibdenum yang dihasilkan dalam reaksi ini menunjukkan puncak absorpsi yang lebarpada daerah merah dari spektrum sinar tampak pada panjang gelombang 600-800 nm.
Sensitifitas dari reagen Folin-Ciaocalteu ini mengalami perubahan yang cukup signifikan bila ditambahkan dengan reagen biuret ke dalam larutan protein. Hal ini disebabkan terbentuknya kompleks Cu-protein yang juga menyebabkan reduksi pada fosfotungstat dan fosfomolibdat. Dimana sekitar 75% dari reduksi yang terjadi akibat adanya kompleks Cu-protein. Dengan adanya penembahan reagen biuret maka sensitifitas warna yang dihasilkan akan meningkat sehingga pengukuran % transmitansi akan lebih meningkat.
Pengukuran % transmitansi dilakukan dengan menggunakan sfektrofotometer 20+. Dari hasil dari pengukuran % T ini kemudian dicari absorbansinya dengan menggunakan persamaan: A = - log T. Dari absorbansi yang didapatkan dapat dibuat kurva kalibrasi. Dari kurva kalibrasi ini dapat ditentukan konsentrasi protein. 
Pada saat menentukan konsentrasi protein dalam sampel, harus dilakukan pula pengukuran terhadap beberapa larutan protein standar yang memiliki rentangan konsentrasi tertentu dimana konsentrasi sampel protein berada dalam rentangan tersebut. Protein dimasukkan pertama kali kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan aquades. Seluruh tabung harus mempunyai volume akhir yang sama. Reagen pembentuk kompleks selalu ditambahkan terakhir dan biasanya diperlukan selang waktu tertentu terjadinya reaksi yang sempurna. Larutan standar protein dan sampel diukur dengan spektrofotometri. Hasil pengukuran dibuat dalam kurva kalibrasi standar yang diperoleh dengan mengukur absorbansi sederetan larutan standar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon dukungan dan Komentarnya...