Halo Jembrana, apa kabar?
Jembrana, daerah tempat tinggal dan juga kelahiranku. Sebentar lagi akan menyongsong untuk menentukan pemilihan pemimpin daerah yang baru. Ada banyak kandidat yang sudah menunjukkan diri untuk maju ke pencalonan pemimpin Jembrana. Namun belakangan, ada juga yang mundur, mungkin sebagian dari bentuk strategi politik. Siapa tahu? Karena salah satu calon merupakan pimpinan petahana, yang tentunya memiliki power dan massa yang tidak bisa dianggap enteng. Sudah barang tentu, lawannya akan berfikir dua, tiga, bahkan sampai lima kali untuk berhadapan dan bersaing. Ah, biarkan saja. Toh juga satu suara ini pengaruhnya mungkin tidak dapat langsung terlihat.
Bukan masalah siapa pemimpinnya, siapa saja boleh. Justru menurut saya, walaupun dia hanya tukang bangunan, jika mampu dan memiliki visi untuk membangun Jembrana kedepannya, kenapa tidak? Yang diperlukan oleh Jembrana saat ini adalah pemimpin yang mampu membawa Kabupaten Jembrana untuk dapat bersaing dan terlihat di tingkat Nasional. Seorang pemimpin yang bisa membawa Jembrana menjadi daerah yang dibicarakan karena prestasinya. Mampukah? ya, itu tergantung dari cara memimpinnya nanti setelah terpilih.
Jembrana bukan daerah pariwisata. Sektor pariwisata di Jembrana masih bisa dibilang hangat tai kuda. Setidaknya panasnya lebih lama daripada tahi ayam. Lihat saja, banyak destinasi pariwisata yang coba dibangun di seluruh wilayah Jembrana. Namun hanya bertahan beberapa saat. Sempat viral, lalu akhirnya hilang. Ujungnya, tidak terurus dan terbengkalai. Hal ini disebabkan karena pengunjungnya hanya warga sekitar, hanya domestik. Dimana notabene, wisatawan domestik ini kebutuhannya hanya untuk selfi. Hanya sekali datang, setelah itu cukup. Tidak pernah datang lagi.
Menurut saya, Jembrana seharusnya mengembangkan sektor pertanian, olahraga dan pendidikan. Pada sektor pertanian, Jembrana seharusnya mengembangkan varietas padi unggulan Kabupaten, semangka unggulan, cabe unggulan, jagung unggulan dan sebagainya. Di bidang perkebunan, demikian juga. Ada cokelat unggulan, porang, rambutan, durian, pisang dan sebagainya. Semua yang unggul harus dikembangkan. Terkait dengan hal tersebut, seharusnya pemerintah membantu memetakan daerah mana yang ditunjuk untuk mengembangkan produk pertanian unggulannya. Misalnya Yehembang, difokuskan untuk pengembangan tanaman pisang marlin. Untuk itu, warganya yang mempunyai lahan diwajibkan untuk menanam minimal 100 pohon pisang marlin. Hasilnya, dikelola desa melalui BumDesa. Demikian juga daerah/desa lainnya. Ditentukan oleh pemerintah komoditi apa yang ingin diunggulkan. Satu desa, satu komoditi. Untuk tanaman sawah, difokuskan seperti perkebunan juga. Misalnya daerah Budeng, seluruhnya ditanami jagung hibrida/jagung manis secara berkala. Sehingga, panennya pun pada masa dan waktu yang berbeda. Bisa disetting, sehingga tidak pernah putus hasil yang dikirim ke daerah konsumen, seperti Badung dan Denpasar.
Pada sektor olahraga, seharusnya di Kabupaten Jembrana sudah dibangun sekolah khusus olahraga, mungkin semodel SMA Ragunan di Jakarta. Sekolah olahraga ini kalau bisa dimulai dari tingkat SD. Siswa tetap belajar seperti siswa pada umumnya, namun, mereka semua harus berlatih pagi dan sore hari sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya di masing-masing bidang olahraga. Pelajaran umum hanya sebagai pendukung akademik. Tidak dituntut harus bisa matematika, kimia, fisika, IPA, Sejarah dan sebagainya. Siswa cukup tahu saja. Tapi di bidang olahraga, mereka harus ahli, profesional. Tentunya, semua siswa mendapat beasiswa, ada regulasi. Berani merokok, miras, ataupun seks selama pendidikan, auto dipecat! Siswa yang suka volly, setiap hari, pagi dan sore berlatih volly sejak mereka SD. SETIAP HARI! Tentunya kita bisa bayangkan, bagaimana jadinya mereka nanti di level SMA dalam hal kemampuan dan keahliannya di bidang volly? Belum bidang lainnya. Saya yakin, mereka akan jadi atlet yang berprestasi. Mengharumkan nama Jembrana.
Bidang pendidikan, sebenarnya tinggal memoles sedikit. Apalagi dari kementerian pendidikan, melalui Mas Menteri Nadiem sudah sempat menyampaikan amanatnya bahwa kedepannya Ijasah dan Gelar tidak menentukan pekerjaan yang didapat. Kemampuanlah yang terpenting. Ijasahnya S2, tapi tidak mampu untuk mengajar di depan kelas, untuk apa? Ya, untuk bidang yang satu ini, pemimpin daerah tinggal memberi perintah kepada Kadis Pendidikan. "Pak Kadis, tolong sampaikan kepada seluruh guru di Kabupaten Jembrana, untuk meminimalisir administrasi pengajaran seperti arahan Mas Menteri. Sampaikan kepada guru-guru, untuk mendidik siswanya dengan baik. Munculkan siswa berprestasi. Semakin tinggi prestasinya, akan ada hadiah yang semakin tinggi juga. Bagi yang bisa membawa siswanya menjadi juara di tingkat Internasional, Kabupaten akan memberikan insentif 100 juta rupiah! Mau itu guru PNS, Honorer, atau abdi, saya tidak peduli!". Nah, kalau ada arahan seperti ini, saya yakin, guru-guru akan bersemangat untuk mendidik siswanya. Karena selama ini para guru tidak pernah mendapat perhatian, apalagi penghargaan atas prestasi yang telah diraih. Karena tidak adanya perhatian dan penghargaan inilah, guru menjadi bosan, malas dan koh hati untuk mendidik siswa berprestasi. Toh juga kerja keras ataupun kerja ringan sama saja. Tidak berarti.
Saya tahu, ketiga sektor ini bukan jadi prioritas selama ini di Pemkab. Kenapa, karena efeknya tidak seperti menggigit lombok. Tidak langsung panas dan pedas seketika. Tapi kalau mau, pasti bisa bukan? Hm.. moto siapa ya...? Dana dari mana? kalau itu pertanyaannya, sebenarnya tinggal lobby sana lobby sini. Buktinya, SMA Bali Mandara dulu di support oleh PT HM Sampoerna. Siswanya mendapat beasiswa penuh. Bahkan urusan celana dalampun dibelikan oleh sponsor. Kalau visi kita jelas, tidak sulit menentukan misi dan mendapatkan hasil yang ingin dicapai.
Pemimpin masa depan berani untuk melalukan ini? itu dia pertanyaan berikutnya... Saya mau minum loloh dulu. Terlalu banyak makan duren, panas dalam.
AGW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon dukungan dan Komentarnya...