Rabu, 13 Juli 2011

Kenapa Tidak Boleh Minum Obat dengan Susu?

'Jangan minum obat dengan susu' kata-kata itu seringkali didengar atau diucapkan oleh masyarakat ketika ingin mengonsumsi obat oral. Kenapa susu tidak boleh dicampur dengan obat?

Obat atau antibiotik yang dikonsumsi secara oral bisa menjadi efektif bagi seseorang jika dikonsumsi dan diserap dengan baik oleh tubuh. Obat oral harus diserap dari saluran pencernaan hingga bisa masuk ke dalam aliran darah lalu dikirim ke daerah yang sakit atau mengalami infeksi untuk pengobatan.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap obat dengan baik, termasuk keasaman relatif di perut, ada atau tidaknya nutrisi lemak atau nutrisi lainnya, serta apakah ada unsur-unsur tertentu di dalam tubuh seperti kalsium.

http://www.apasih.com/
Seperti dikutip dari Everydayhealth.com, Sabtu (1/1/2011) beberapa obat seperti keluarga antibiotik yang mengandung tetrasiklik akan bereaksi dengan susu. Kalsium yang terdapat dalam susu akan mengikat obat atau antibiotik sehingga mencegah penyerapan obat tersebut di dalam tubuh.

Selain itu ada obat yang baik dikonsumsi setelah makan ataupun sesudah makan, hal ini disebabkan makanan yang dikonsumsi tersebut bisa mempengaruhi penyerapan obat. Karenanya menjadi hal yang sangat penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada botol atau bungkus obat, serta masyarakat sebaiknya selalu menanyakan kriteria obat yang dikonsumsinya pada apoteker.

sumber

Lalu bagaimana dengan minuman lainnya seperti kopi, teh atau jus?

Minuman lainnya seperti kopi, teh atau jus umumnya mengandung berbagai senyawa seperti kafein yang kemungkinan bisa bereaksi dengan obat yang dikonsumsi sehingga mempengaruhi penyerapannya.

Untuk itu masyarakat selalu disarankan mengonsumsi obat dengan menggunakan air putih yang diketahui tidak memiliki kandungan apapun, sehingga tidak mempengaruhi penyerapan obat. Selain itu air putih bisa membantu melarutkan obat yang dikonsumsi di dalam lambung sehingga proses penyerapannya menjadi lebih baik dan lebih mudah.

Menghilangkan Rasa Kantuk Saat Bekerja atau Belajar

Terserang kantuk saat bekerja atau belajar (membaca) merupakan hal yang sangat umum dialami oleh banyak orang. Sepengetahuan saya, belum ada tip yang cespleng untuk mengatasi problem rasa kantuk itu. Kalau pun ada, tip-tip juga masih subjektif sifatnya. Artinya, hanya pengalaman individual yang belum tentu cocok untuk orang lain.

Yang dimaksud kantuk disini adalah rasa kantuk yang bukan karena tiga sebab utama yaitu: karena sakit, terlalu lelah dan kurang tidur. Siapa pun yang sakit, atau terlalu lelah memang dianjurkan untuk banyak istirahat atau tidur. Kantuk karena sakit adalah kantuk yang boleh jadi karena pengaruh obat yang diminum atau kondisi tubuh yang tidak fit.
Terkantuk-kantuk karena kurang tidur, itu wajar. Bekerja atau belajar dalam kondisi kurang tidur akan membawa rasa kantuk yang luar biasa. Kantuk karena kurang tidur itu wajar, tetapi kantuk karena cukup tidur, atau bahkan kelebihan tidur itu tidak wajar.
Sebab, tubuh kita hanya menuntut istirahat tidur minimal enam jam dalam dua puluh empat jam (sehari). Artinya tubuh kita sehat dengan tidur enam jam sehari. Maka apa bila kita tidur masih melebihi itu sebenarnya sebuah tindakan yang kurang ada manfaatnya bagi kesehatan tubuh.
Jika ada seseorang yang kantuk dan terus tidur karena jam tidurnya kurang dari enam jam itu wajar. Namun jika ada seseorang yang jam tidurnya sudah enam jam, tapi masih kantuk dan langsung tidur itu adalah godaan setan yang terkutuk.
Tips yang “langsung” dapat dilakukan adalah :
1. Tariklah napas dalam dan pelan melalui hidung, kemudian lepaskan napas pelan melalui mulut. Lakukan pernapasan ini 3 kali. Kemudian …
2. Menarik napas dalam dan pelan lewat mulut, kemudian lepaskan napas pelan lewat hidung. Lakukan pernapasan ini 3 kali. Kemudian …
3. Menarik napas lewat hidung secara dalam dan pelan, kemudian lepaskan napas lewat hidung pelan. Lakukan pernapasan ini 3 kali.
Ketiga tips diatas adalah tips ‘langsung’ yang kita lakukan ketika tiba – tiba kita diserang kantuk. Namun umumnya ‘penyakit’ ngantuk dan malas ini umumnya sudah menjadi penyakit kambuhan, yang selalu ‘menyerang’ dalam kegiatan kita sehari – hari. Di bawah ini dituliskan tips – tips yang perlu anda ‘lakukan’ agar ‘penyakit’ kambuhan ini dalam hilang secara berangsur – angsur dan efektifitas anda baik dalam bekerja ataupun belajar sehari – hari dapat bertambah.
Tips – tips itu adalah :
1. Atur pola makan.
Syaraf otak (neuron) dalam menjalankan tugas rutinnya sangat membutuhkan energi yang sumbernya dari makanan yang kita konsumsi. Jenis dan kualitas makanan yang kita konsumsi berpengaruh terhadap kinerja otak (pikiran). Maka aturlah pola makan dengan makanan yang mudah dicerna sehingga suplay energi tidak telat. Bila kita mengkonsumsi makanan yang berat, terlalu berserat yang sulit dicerna, energi habis untuk mencerna bahan makanan, suplay energi ke syaraf bekurang sehingga kantuk datang menyerang (contohnya makan kangkung).
2. Asosiasikan/bayangkan apa yang diharapkan dari kegiatan bekerja atau belajar itu.
Misalkan : pendapatan (uang) yang tinggi atau skor yang tinggi misalnya. Tidak cukup hanya membayangkan, tapi harus diikuti oleh keinginan yang kuat untuk mendapatkannya. Tanpa keinginan yang kuat, emosi yang “membara” untuk memperolehnya, maka akan mudah terserang rasa kantuk. Sebab, salah satu hukum pikiran mengatakan bahwa “pikiran akan memberi apa yang diinginkan pemiliknya”. Bila pemiliknya meminta setengah hati, pikiran akan memberikan setengah hati pula. Artinya, pada saat kantuk dating dan karenan niatnya setengah hati, maka pikiran lantas welcome to kantuk!
3. Programlah pikiran bawah sadar Anda dengan cara self talk (bicara pada diri sendiri, membatin terus).
Salah satu cara untuk membuat program dalam pikiran bawah sadar adalah dengan cara self talk secara persisten. Self talk yang harus dilakukan adalah “Saya tidak akan tidur waktu bekerja” atau “Saya selalu terjaga dalam belajar!”. Lakukan sesering mungkin dan seintens mungkin hingga benar-benar menjadi bagian dalam pikiran bawah sadar. Bagian inilah nanti yang akan mengingatkan dengan keras saat Anda mulai terkantuk-kantuk. Bagian ini yang nanti akan “protes” bila Anda mulai berpihak pada rasa kantuk.
4. Aturlah posisi duduk siap untuk bekerja atau belajar.
Jangan sambil duduk bersandar/kepala disandarkan. Jangan pula sambil tiduran. Posisi duduk berpengaruh terhadap datangnya rasa kantuk. Kenapa posisi duduk berpengaruh terhadap datangnya kantuk? Posisi atu gerak tubuh mempengaruhi kondisi pikiran. Bila Anda duduk bersandar, kondisi pikiran terbawa bada kondisi rileks, atau kondisi siap untuk ngantuk/tidur.
5. Patahkan pola kantuk Anda.
Kantuk itu ada polanya. Meskipun pada saat kantuk datang pikiran bawah sadar segera mengingatkan untuk selalu terjaga, namun bila tidak ada keberanian dari Anda untuk mematahkan pola kantuk, maka rasa kantuklah yang menang. Bablas tidur…!
Salah satu caranya adalah begini. Begitu rasa kantuk datang, sudah mulai menguap, jangan lanjutkan dengan duduk bersandar. Cari aktifitas jeda, aktifitas pemutus agar kantuk terusir. Caranya macam-macam: bisa berdiri dan lakukan gerakan-gerakan ringan, seperti jalan-jalan sebentar, bikin kopi, atau jalan-jalan kecil di ruangan sekedar manyapa teman dan refresing. Hasilnya, tidak akan ngantuk lagi.
6. Yang juga cukup penting adalah : Tehnik mematahkan pola (pikir dan kebiasaan).
Sebab, hampir semua inovasi, penemuan baru, dan hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas, diawali dengan keberanian “mematahkan” pola lama, dan mengantinya dengan pola baru. Adalah tidak mungkin ingin mendapatkan sesuatu yang baru, tetapi masih dengan cara (pola) pikir lama. Demikian halnya dengan pola kantuk yang pada akhirnya (hasilnya) tidur, maka sebelum kebablasan tidur, maka polanya harus diputus.
Tips – tips ini masih subjektif sifatnya. Artinya masih perlu banyak bukti tentang efektifitasnya. Namun, hemat saya, keberhasilan tip ini sangat tergantung pada sejauh mana Anda benar-benar mau membuang rasa kantuk setiap kali Anda terserang. Semakin kuat keinginan Anda untuk benar-benar mengalahkan kantuk, Anda akan berhasil. Selamat mencoba. 
by Stanislav 

PERSIAPAN PENDAKIAN


Untuk menghindari kemungkinan adanya kendala dan ancaman musibah, baik yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam maupun karena kelalaian manusianya sendiri, maka perlu disusun suatu rencana pendakian. Minimal dengan tidak mengabaikan beberapa faktor berikut.

1.      Informasi Jalur, Medan dan Cuaca
Menghimpun informasi dari berbagai sumber dapat membantu kelancaran dan keamanan perjalanan pendakian. Sumber informasi dapat dicari dari:
-          Pendaki yang sudah berpengalaman
-          Tulisan tentang pendakian di media massa
-          Berita dan musibah dalam pendakian
-          Instansi terkait (PHPA/Taman Nasional/ BKSDA)
-          Aparat desa/kecamatan setempat dan penduduk terdekat dengan lokasi pendakian.
2.      Kesehatan dan Kondisi Fisik
Mendaki gunung bukanlah kegiatan darmawisata. Tetapi cenderung merupakan olahraga petualangan di alam bebas, bahkan ganas dan akan menguras tenaga. Oleh karena itu, setiap orang yang akan melakukan pendakian harus sehat jasmani dan rohani serta memiliki fisik yang prima.
Jangan sekali-kali memaksakan diri jika kesehatan dan kondisi fisik memang sedang lemah, karena akan berakibat fatal dalam pendakian. Bagi calon pendaki wanita yang sedang menstruasi/haid, sebaiknya tidak ikut melakukan pendakian demi keamanan dan kesehatannya.
3.      Biaya Perjalanan
Untuk mencapai lokasi pendakian, tidak terlepas dari sarana transportasi. Perjalanan dari dan ke tempat tujuan yang harus menggunakan jasa angkutan umum, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bagi pendaki yang merasa dirinya sudah sebagai “anak gunung” yang terbiasa hidup dengan segala cuaca dan tahan bantingan, tidak akan menjadi masalah kalau ternyata harus nongkrong/lesehan semalaman di terminal bus atau stasiun kereta api. Mereka merasa tidak perlu bermalam di hotel. Akan tetapi, dalam menghadapi tarif angkutan umum yang sudah pasti dan tidak bisa ditawar-tawar lagi, maka akan menjadi masalah apabila tidak membawa persediaan dana yang cukup. Oleh karena itu, dalam merencanakan pendakian, pos pengeluaran untuk biaya transportasi harus dikalkulasi secara benar.
4.      Kelengkapan Identitas Diri
KTP, Kartu Pelajar/Mahasiswa atau identitas lainnya dan beberapa fotokopinya harus dibawa, karena akan diperlukan ketika melapor/meminta izin pendakian kepada pihak berwenang (kepolisian, PHPA/BKSDA/Taman Nasional/Desa/Camat)
Apabila terjadi musibah, akan memudahkan mendapat pertolongan dan identifikasi. Bila memungkinkan, sebaiknya pendaki memakai kalung identitas yang terbuat dari logam.
5.      Perlengkapan Pakaian dan Logistik
Jumlah perlengkapan pakaian yang dibawa disesuaikan dengan lamanya pendakian. Adapun kelengkapan lainnya yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan pendakian antara lain:
-          T-shirt dan jaket dapat menyerap keringat. Hal ini bertujuan untuk menjaga sirkulasi udara dan keringat yang dihasilkan oleh tubuh kita. Warna pakaian dan jaket sebaiknya mencolok atau berwarna konstras. Hal ini untuk memudahkan identifikasi dalam pencarian bila terjadi musibah.
-          Celana jeans sebaiknya tidak digunakan selama pendakian. Hal ini disebabkan karena celana jeans akan menyerap udara dingin dan dapat menjadi kaku dan berat bila basah. Sebaiknya pendaki menggunakan celana panjang yang jenis kainnya seperti model tentara yang sekarang.
-          Sepatu gunung, sandal gunung, kaos kaki panjang dan cadangannya, sarung tangan wool, topi kupluk ninja, celana pendek, handuk kecil serta peralatanmandi masing-masing.
-          Kompor gas tabung/kompor tentara dan parafin. Mesting/panci masak tentara, korek api gas dan lilin. Piring plastik beserta cangkir dan sendok makan.
-          Obat-obatan P3K termasuk obat sakit perut/magg, obat migren, kina, obat gosok panas, kertas tisu gulung, lipglos/margarin untuk mencegah retak-retak pada bibir akibat kedinginan (suhu rendah)
-          Tenda, dum/lembaran plastik untuk ngekem/bivak, peta topografi/medan/wilayah, kompas dan faltimeter. Dapat juga membawa cermin kecil dan sempritan/peluit sebagai alat untuk meminta bantuan (SOS) bila terkena musibah.
-          Perlengkapan survival seperti jarum jahit, benang, silet/cutter, gunting, karet ban dalam mobil, mata kail dan talinya, karet gelang, bandringan (ketapel) kaca pembesar (suryakanta), peniti.
-          Pakaian cadangan, batu baterai cadangan dan kamera dimasukkan ke dalam kantong plastik agar tidak lembab terkena embun dan hujan.
-          Margarin untuk pelembab bibir disimpan dalam tabung plastik bekas film foto agar tidak beku. Demikian juga dalam membawa pentol korek api.
-          Makanan dan minuman yang biasa dibawa oleh pendaki gunung adalah mie kering, roti, biskuit, telur asin/rebus, bubuk/serbuk minuman kemasan (vitamin C, kopi, jahe, dan sejenisnya), gula pasir, gula kelapa/aren, garam dapur, madu, minyak ikan, abon/kornet/dendeng, havermout, susu kental manis/coklat.
-          Air minum dalam kemasan botol plastik. Apabila sudah kosong, botolnya dapat digunakan lagi sebagai tempat air.
-          Kalau membawa beras, asalkan bisa mendapatkan air yang cukup untuk memasaknya.

CATATAN
-          Bawalah logistik secukupnya sesuai dengan lamanya pendakian. Bila ada yang harus dimasak lebih dahulu, hendaknya tidak menggunakan air dan waktu terlalu lama. Maksudnya adalah untuk menghemat air, karena tidak semua kawasan gunung memiliki sumber air.
-          Jangan membawa makanan yang mudah basi.
-          Cara membawa makanan/minuman jangan dipusatkan pada satu orang. Sebaiknya setiap orang membawa logistik minimal untuk dirinya sendiri.
-          Perjalanan mendaki membutuhkan makanan berkalori tinggi. Untuk seorang pendaki rata-rata dibutuhkan 400-500 kalori per hari. Kekurangan makan akan mudah diserang udara dingin dan berakibat fatal seperti kejang perut (kram).
-          Hindarilah minuman beralkohol/minuman keras, agar tidak lepas kontrol dan hilang keseimbangan, terutama ketika ngetrek di punggung lereng atau jurang terjal. Disamping itu, dapat merusak kekompakan tim dalam rombongan atau bermasalah dengan pendaki lain.

PePetunjuk Praktis Mendaki Gunung, Soetardjo Addy

Selasa, 28 Juni 2011

Sedikit Berbelok

Wah, sepertinya blog ku ini akan menjadi tempat curhatku sementara. Ya, ga apa lah.. toh juga ini blog punyaku sendiri.Ga akan ada yang marah kalau aku menyampaikan keluh dan kesahku dalam tulisan. Yang penting, tidak merugikan orang lain. Baik yang membaca, melihat atau sekedar lewat.

Hari ini, aku sempat lupa hari apa. Maklum, sejak kepindahanku ke kamar yang baru, kalender yang biasanya kulihat dan kucoreti masih tertinggal di kamar yang lama. Maklum lah.. anak kos, jadi agak sedikit malas untuk merapikan kamar seperti dulu lagi. Namun, bukan itu yang menyebabkan aku lupa akan hari. Hal terpenting yang menjadi penyebab semua ini adalah berbeloknya arah penelitian yang selama ini aku rancang. Dari awalnya dengan tujuan benzo(a)pyrene, berubah menjadi agak ke fenolan.

Fenol.. atau dalam bahasa aslinya phenol. Entah apa itu, aku tidak tahu. Seakan sesuatu yang baru yang belum pernah menyentuh kehidupanku. Benar-benar baru dan sangat asing di telingaku. Walaupun sebenarnya dalam keseharianku baik selama perkuliahan maupun praktikum yang aku lakukan, aku sering bersinggungan dengan phenol ini.

Kata asing ini harus segera aku pelajari dengan seksama. Karena mau tidak mau dia juga yang menentukan hidupku kelak. Jangan sampai dia menghancurkan hidupku. Oh Tuhan, tolonglah hambamu ini. Kuatkanlah pundakku agar bisa menahan beban yang lebih banyak dan lebih berat dari sebelumnya. Aku ingin agar hidupku berguna bagi orang lain. Dan hal itu bisa aku lakukan lebih baik jika aku telah menyelesaikan penelitian yang selama ini aku sia-siakan. Tidak akan ada lagi keluh kesahku yang lain. Hari ini aku berjanji, akan selalu fokus akan tujuanku ini. Kumohon Engkau untuk selalu mengingatkanku. Amin....

Om Awignam Astu Namo Siddham....

Senin, 27 Juni 2011

Teman kecil yang bernama "S"

Aku punya teman kecil, namanya S. Dia orangnya ramah dan baik hati. Tidak pernah rewel untuk selalu diperhatikan. Tidak seperti teman-temanku yang lainnya, dia tidak pernah minta diajak jalan-jalan. Walaupun terkadang aku yang sering mengajaknya keluar kota. Hanya untuk menemani kesepianku terhadap rutinitas yang selama ini aku geluti.

Belakangan ini aku memang sempat menelantarkannya. Jarang berkunjung ke rumahnya di daerah L. Hal ini terjadi karena aku banyak mengambil kegiatan yang sebenarnya masih bisa aku tunda. Tapi entah mengapa, aku masih saja lebih suka mementingkan pekerjaan orang lain ketimbang diriku sendiri. Pengabdian, memang itulah yang menjadi tamengku selama ini. Dengan itu aku berharap agar kelak sesuatu yang lebih baik akan datang kepadaku tanpa harus menghabiskan tenaga dan uang yang banyak seperti halnya teman-temanku yang lain.

Namun sekarang aku akan selalu memperhatikannya. Tidak akan pernah lepas darinya, ya paling tidak untuk dua tiga bulan ke depan. Demi masa depan. Karena baru kini ku sadar kalau dia adalah penentu hidupku ke depan. Tidak semata hanya sebagai teman yang dapat kuingat dan kulupakan kapan saja aku mau, tapi dialah segalanya. S, maafkan kelalaianku selama ini. Aku janji deh,,, ga akan seperti dulu lagi. Kamulah segalanya... 

Rabu, 22 Juni 2011

Latar belakang skripsi, part I


By: agus wahyu
Pengasapan merupakan proses pengolahan bahan makanan yang seringkali digunakan pada pengolahan daging, ikan, dan bahan makanan lainnya. Pengasapan ini berfungsi selain menurunkan kadar air juga mengembangkan warna, cita rasa yang spesifik dan menghambat mikrobia. Proses pengasapan secara tradisional dengan menggunakan asap pembakaran secara langsung mempunyai beberapa kelemahan seperti kualitas yang kurang konsisten, kesulitan pengendalian prosesnya, terdepositnya ter pada bahan makanan sehingga membahayakan kesehatan. Pengasapan juga menyebabkan pencemaran lingkungan serta memungkinkan bahaya kebakaran (Amriah, 2006).
Kelemahan-kelemahan di atas dapat diatasi dengan mengembangkan proses pengasapan menggunakan asap cair, yaitu campuran larutan dari dispersi uap asap kayu dalam air (Amriah, 2006). Asap Cair atau lebih dikenal sebagai liquid smoke merupakan suatu cairan hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran bahan-bahan yang banyak mengandung karbon serta senyawa-senyawa lain (Nurhayati, 2000). Pembakaran bahan-bahan ini dilakukan melalui proses pirolisis. Pirolisis merupakan proses pengarangan dengan cara pembakaran tidak sempurna bahan-bahan yang mengandung karbon pada suhu tinggi. Kebanyakan proses pirolisis menggunakan reaktor bertutup yang terbuat dari baja, sehingga bahan tidak terjadi kontak langsung dengan oksigen. Umumnya proses pirolisis berlangsung pada suhu diatas 300 oC dalam waktu 4-7 jam (Paris et al, 2005). Asap dari proses pirolisis inilah yang kemudian ditampung untuk selanjutnya menjadi asap cair.
Asap cair pada proses ini diperoleh dengan cara mengkondensasi asap yang dihasilkan melalui cerobong pirolisis. Proses kondensasi asap menjadi asap cair sangat bermanfaat bagi perlindungan pencemaran udara yang ditimbulkan oleh proses tersebut. Selain itu, asap cair yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku pengawet, antioksidan, desinfektan, ataupun sebagai biopeptisida (Nurhayati, 2000).
Bahan baku yang banyak digunakan untuk pembuatan asap cair adalah kayu, bongkol kelapa sawit, ampas hasil penggergajian kayu, sekam padi, tempurung kelapa dan lain-lain. Komposisi asap cair telah diteliti oleh Pettet dan Lane pada tahun 1940, dimana diperoleh hampir 1000 macam senyawa kimia. Beberapa jenis senyawa yang telah diidentifikasi yaitu 85 fenolik, 45 karbonil, 35 asam, 11 furan, 15 alkohol dan ester, 13 lakton, dan 21 hidrokarbon alifatik ( Girard, 1992). Menurut Maga (1987), komposisi asap cair dari bahan kayu terdiri atas 11-92% air, 0,2-2,9% fenolik, 2,8-4,5% asam organik, dan 2,6-4,6% karbonil. Sedangkan Bratzer et al (1996) menyatakan komponen utama asap cair dari kayu adalah 24,6% karbonil, 39,9% asam karboksilat, dan 15,7% fenolik.
 Saat ini, asap cair dari tempurung kelapa lebih banyak diminati oleh konsumen karena memberikan cita rasa yang khas pada awetan bahan makanan dari pada asap cair yang dihasilkan bahan baku lainnya (Darmadji, 1997). Asap cair dari tempurung kelapa mengandung berbagai senyawa yang terbentuk akibat terjadinya pirolisis tiga komponen utamanya yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap cair tempurung kelapa telah diidentifikasi (Darmadji, 1997). Asap cair tempurung kelapa memiliki kemampuan untuk mengawetkan makanan dengan cepat. Hal ini terjadi karena asap cair dari tempurung kelapa memiliki komponen aktif senyawa fenolat yang memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan bahan lainnya. Senyawa fenol berperan sebagai antioksidan dengan aksi mencegah proses oksidasi senyawa protein dan lemak sehingga proses pemecahan senyawa tersebut tidak terjadi dan memperpanjang masa simpan produk yang diasapkan. Masa simpan dari produk asapan ditentukan dari jumlah komponen penyusun asap cair.
Komponen-komponen penyusun asap cair ditemukan dalam jumlah yang bervariasi, tergantung dari jenis bahan, umur tanaman, dan kondisi pertumbuhan tanaman seperti iklim dan tanah. Perbedaan komponen ini kemungkinan akan ditemukan pula pada asap cair yang dihasilkan oleh pembuat arang di Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana-Bali. Para pembuat arang di Desa Yehembang telah melakukan pengembunan asap yang dihasilkan dari proses pembuatan arang batok kelapa maupun kayu dengan menggunakan alat sederhana (Tika, 2010) yang telah menghasilkan asap cair. Asap cair yang dihasilkan berwarna hitam pekat dan bercampur dengan tar. Setelah melewati proses destilasi, maka asap cair ini termasuk ke dalam golongan grade 3, yang harus ditreatmen lebih jauh jika ingin digunakan untuk pengawet makanan.
Asap cair grade 3 belum layak digunakan untuk pengawet makanan atau penambah cita rasa (flavours) karena bersifat toksik. Sifat toksik ini disebabkan oleh adanya kandungan senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA) yang terbentuk selama proses pirolisis bahan pembuat asap cair. Salah satu senyawa HPA yang terbentuk adalah benzopyrene.
Benzopyrene adalah salah satu jenis HPA yang paling dihindari karena memiliki efek karsinogenik dan menyebabkan kanker (Yoshiaki, 2005). Benzopyrene juga telah dinyatakan sebagai senyawa karsinogenik untuk manusia dan binatang oleh IARC (International Agency for Research on Cancer) (IARC, 1983). Benzopyrene memiliki rumus molekul C20H12 dan berat molekul 252,3148. Senyawa ini memiliki titik didih 4950 C dan titik lebur 176,5o C sehingga berupa padatan pada suhu kamar. Benzopyrene tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti benzena dan sikloheksana (Daun, 1979). Kandungan benzopyrene yang diijinkan dalam produk makanan adalah sebesar 1 ppb (0,001 ppm) (IARC, 1983).
Untuk mengurangi kandungan senyawa benzopyrene, maka asap cair grade 3 harus dimurnikan terlebih dahulu. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk memurnikan asap cair agar dapat digunakan sebagai pengawet makanan. Salah satunya yaitu dengan cara adsorpsi dengan menggunakan adsorben. Adsorpsi merupakan proses dimana zat yang akan diserap hanya menempel pada bagian permukaan zat penyerap. Adsorben yang banyak digunakan dewasa ini adalah zeolit aktif dan arang aktif.
Dengan cara ini, maka kandungan benzopyrene yang masih terikat dalam tar yang ada pada asap cair grade 3 diharapkan akan berkurang dan berada di bawah ambang batas sehingga aman untuk dikonsumsi. Untuk mengetahui apakah asap cair yang telah dihasilkan dapat digunakan sebagai pengawet makanan, maka perlu dilakukan identifikasi komponen asap cair. Komponen asap cair yang telah dimurnikan akan diidentifikasi dengan menggunakan GC-MS.Mengingat pentingnya mengurangi senyawa berbahaya yang terdapat di dalam asap cair, maka perlu dilakukan penelitian mengenai uji pengaruh  penggunaan adsorben zeolit aktif serta arang aktif dalam proses pemisahan dan pemurnian senyawa berbahaya yang terkandung di dalam asap cair grade 3, sehingga aman untuk digunakan sebagai bahan pengawet makanan.

Gula sebagai katalisator industri

Peneliti-peneliti dari Jepang berhasil menemukan bahwa gula dapat dipergunakan sebagai katalisator dalam proses produksi biodiesel. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam majalah ilmiah terkemuka Nature edisi 438 tanggal 10 November 2005. Dalam penelitian tersebut terlebih dahulu dilakukan pirolisa gula pada suhu di atas 300 derajat Celsius untuk membentuk struktur karbonasi yang tidak sempurna, kemudian ditambahkan gugus sulfonat, dan akhirnya terbentuk struktur lembar karbon polisiklis aromatik berisikan gugus sulfonat. Senyawa inilah yang dijadikan katalis dalam produksi biodiesel. Dengan penemuan ini produksi biodiesel melalui proses transesterifikasi menjadi relatif lebih hemat biaya produksi.
Proses Transesterifikasi dan Produksi BiodieselProduksi biodiesel dari tumbuhan yang umum dilaksanakan yaitu melalui proses yang disebut dengan transesterifikasi. Transesterifikasi yaitu proses kimiawi yang mempertukarkan grup alkoksi pada senyawa ester dengan alkohol. Untuk mempercepat reaksi ini diperlukan bantuan katalisator berupa asam atau basa. Asam mengkatalisis reaksi dengan mendonorkan proton yang dimilikinya kepada grup alkoksi sehingga lebih reaktif.Pada tanaman penghasil minyak, cukup banyak terkandung asam lemak. Secara kimiawi, asam lemak ini merupakan senyawa gliserida. Pada proses transesterifikasi senyawa gliserida ini dipecah menjadi monomer senyawa ester dan gliserol, dengan penambahan alkohol dalam jumlah yang banyak dan bantuan katalisator. Senyawa ester, pada tingkat (grade) tertentu inilah yang menjadi biodiesel. Dalam proses transesterifikasi untuk produksi biodiesel dari tumbuhan, biasanya digunakan asam sulfat (H2SO4) sebagai katalisator reaksi kimianya.Selain proses transesterifikasi, dalam produksi biodiesel juga melalui tahapan : pengempaan jaringan tanaman (misalnya biji) menghasilkan minyak mentah ; pemisahan (separator) fase ester dan gliserin ; serta pemurnian / pencucian senyawa ester untuk menghasilkan grade bahan bakar (biodiesel).
Skema sederhana produksi biodiesel melalui proses transesterifikasiGula, sebagai Katalisator Produksi Biodiesel, manfaat bagi IndonesiaMeskipun berbagai jenis bahan kimia dianggap cukup berhasil dipergunakan sebagai katalisator dalam proses transesterifikasi untuk produksi biodiesel, akan tetapi bahan-bahan seperti ini dianggap cukup mahal untuk dipergunakan dalam suatu proses produksi berskala besar. Di samping itu, limbah bahan-bahan kimia ini tentunya akan menjadi masalah lingkungan tersendiri.Penggunaan gula yang telah diubah bentuknya cukup prospektif untuk dipergunakan sebagai katalisator proses transesterifikasi ini. Gula sebagaimana kita ketahui, merupakan senyawa organik yang limbahnya dapat didaur ulang. Selain itu, gula dianggap relatif lebih murah untuk dipergunakan untuk sebuah proses produksi berskala besar, dibandingkan bahan kimia asam sulfat atau asam dan basa lainnya.Berita hasil penelitian ini tentunya cukup bermanfaat bagi Indonesia. Indonesia melalui koordinasi Menko Kesejahteraan Rakyat, saat ini sedang giat-giatnya mengkampanyekan pengembangan energi terbarukan 'biodiesel', terutama dari tanaman jarak pagar (Jatropha curcas). Salah satu BUMN yang cukup mendukung pengembangan biodiesel ini adalah PT. RNI (Rajawali Nusantara Indonesia). Sebagai badan usaha yang mempunyai bidang usaha utama (core business) pada manajemen pabrik gula nasional, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan efisiensi produksi biodiesel, yaitu dengan menggunakan gula sebagai katalisator produksinya.

sumber : http://iptb.blogspot.com/