Rabu, 13 Juli 2011

Kenapa Tidak Boleh Minum Obat dengan Susu?

'Jangan minum obat dengan susu' kata-kata itu seringkali didengar atau diucapkan oleh masyarakat ketika ingin mengonsumsi obat oral. Kenapa susu tidak boleh dicampur dengan obat?

Obat atau antibiotik yang dikonsumsi secara oral bisa menjadi efektif bagi seseorang jika dikonsumsi dan diserap dengan baik oleh tubuh. Obat oral harus diserap dari saluran pencernaan hingga bisa masuk ke dalam aliran darah lalu dikirim ke daerah yang sakit atau mengalami infeksi untuk pengobatan.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap obat dengan baik, termasuk keasaman relatif di perut, ada atau tidaknya nutrisi lemak atau nutrisi lainnya, serta apakah ada unsur-unsur tertentu di dalam tubuh seperti kalsium.

http://www.apasih.com/
Seperti dikutip dari Everydayhealth.com, Sabtu (1/1/2011) beberapa obat seperti keluarga antibiotik yang mengandung tetrasiklik akan bereaksi dengan susu. Kalsium yang terdapat dalam susu akan mengikat obat atau antibiotik sehingga mencegah penyerapan obat tersebut di dalam tubuh.

Selain itu ada obat yang baik dikonsumsi setelah makan ataupun sesudah makan, hal ini disebabkan makanan yang dikonsumsi tersebut bisa mempengaruhi penyerapan obat. Karenanya menjadi hal yang sangat penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada botol atau bungkus obat, serta masyarakat sebaiknya selalu menanyakan kriteria obat yang dikonsumsinya pada apoteker.

sumber

Lalu bagaimana dengan minuman lainnya seperti kopi, teh atau jus?

Minuman lainnya seperti kopi, teh atau jus umumnya mengandung berbagai senyawa seperti kafein yang kemungkinan bisa bereaksi dengan obat yang dikonsumsi sehingga mempengaruhi penyerapannya.

Untuk itu masyarakat selalu disarankan mengonsumsi obat dengan menggunakan air putih yang diketahui tidak memiliki kandungan apapun, sehingga tidak mempengaruhi penyerapan obat. Selain itu air putih bisa membantu melarutkan obat yang dikonsumsi di dalam lambung sehingga proses penyerapannya menjadi lebih baik dan lebih mudah.

Menghilangkan Rasa Kantuk Saat Bekerja atau Belajar

Terserang kantuk saat bekerja atau belajar (membaca) merupakan hal yang sangat umum dialami oleh banyak orang. Sepengetahuan saya, belum ada tip yang cespleng untuk mengatasi problem rasa kantuk itu. Kalau pun ada, tip-tip juga masih subjektif sifatnya. Artinya, hanya pengalaman individual yang belum tentu cocok untuk orang lain.

Yang dimaksud kantuk disini adalah rasa kantuk yang bukan karena tiga sebab utama yaitu: karena sakit, terlalu lelah dan kurang tidur. Siapa pun yang sakit, atau terlalu lelah memang dianjurkan untuk banyak istirahat atau tidur. Kantuk karena sakit adalah kantuk yang boleh jadi karena pengaruh obat yang diminum atau kondisi tubuh yang tidak fit.
Terkantuk-kantuk karena kurang tidur, itu wajar. Bekerja atau belajar dalam kondisi kurang tidur akan membawa rasa kantuk yang luar biasa. Kantuk karena kurang tidur itu wajar, tetapi kantuk karena cukup tidur, atau bahkan kelebihan tidur itu tidak wajar.
Sebab, tubuh kita hanya menuntut istirahat tidur minimal enam jam dalam dua puluh empat jam (sehari). Artinya tubuh kita sehat dengan tidur enam jam sehari. Maka apa bila kita tidur masih melebihi itu sebenarnya sebuah tindakan yang kurang ada manfaatnya bagi kesehatan tubuh.
Jika ada seseorang yang kantuk dan terus tidur karena jam tidurnya kurang dari enam jam itu wajar. Namun jika ada seseorang yang jam tidurnya sudah enam jam, tapi masih kantuk dan langsung tidur itu adalah godaan setan yang terkutuk.
Tips yang “langsung” dapat dilakukan adalah :
1. Tariklah napas dalam dan pelan melalui hidung, kemudian lepaskan napas pelan melalui mulut. Lakukan pernapasan ini 3 kali. Kemudian …
2. Menarik napas dalam dan pelan lewat mulut, kemudian lepaskan napas pelan lewat hidung. Lakukan pernapasan ini 3 kali. Kemudian …
3. Menarik napas lewat hidung secara dalam dan pelan, kemudian lepaskan napas lewat hidung pelan. Lakukan pernapasan ini 3 kali.
Ketiga tips diatas adalah tips ‘langsung’ yang kita lakukan ketika tiba – tiba kita diserang kantuk. Namun umumnya ‘penyakit’ ngantuk dan malas ini umumnya sudah menjadi penyakit kambuhan, yang selalu ‘menyerang’ dalam kegiatan kita sehari – hari. Di bawah ini dituliskan tips – tips yang perlu anda ‘lakukan’ agar ‘penyakit’ kambuhan ini dalam hilang secara berangsur – angsur dan efektifitas anda baik dalam bekerja ataupun belajar sehari – hari dapat bertambah.
Tips – tips itu adalah :
1. Atur pola makan.
Syaraf otak (neuron) dalam menjalankan tugas rutinnya sangat membutuhkan energi yang sumbernya dari makanan yang kita konsumsi. Jenis dan kualitas makanan yang kita konsumsi berpengaruh terhadap kinerja otak (pikiran). Maka aturlah pola makan dengan makanan yang mudah dicerna sehingga suplay energi tidak telat. Bila kita mengkonsumsi makanan yang berat, terlalu berserat yang sulit dicerna, energi habis untuk mencerna bahan makanan, suplay energi ke syaraf bekurang sehingga kantuk datang menyerang (contohnya makan kangkung).
2. Asosiasikan/bayangkan apa yang diharapkan dari kegiatan bekerja atau belajar itu.
Misalkan : pendapatan (uang) yang tinggi atau skor yang tinggi misalnya. Tidak cukup hanya membayangkan, tapi harus diikuti oleh keinginan yang kuat untuk mendapatkannya. Tanpa keinginan yang kuat, emosi yang “membara” untuk memperolehnya, maka akan mudah terserang rasa kantuk. Sebab, salah satu hukum pikiran mengatakan bahwa “pikiran akan memberi apa yang diinginkan pemiliknya”. Bila pemiliknya meminta setengah hati, pikiran akan memberikan setengah hati pula. Artinya, pada saat kantuk dating dan karenan niatnya setengah hati, maka pikiran lantas welcome to kantuk!
3. Programlah pikiran bawah sadar Anda dengan cara self talk (bicara pada diri sendiri, membatin terus).
Salah satu cara untuk membuat program dalam pikiran bawah sadar adalah dengan cara self talk secara persisten. Self talk yang harus dilakukan adalah “Saya tidak akan tidur waktu bekerja” atau “Saya selalu terjaga dalam belajar!”. Lakukan sesering mungkin dan seintens mungkin hingga benar-benar menjadi bagian dalam pikiran bawah sadar. Bagian inilah nanti yang akan mengingatkan dengan keras saat Anda mulai terkantuk-kantuk. Bagian ini yang nanti akan “protes” bila Anda mulai berpihak pada rasa kantuk.
4. Aturlah posisi duduk siap untuk bekerja atau belajar.
Jangan sambil duduk bersandar/kepala disandarkan. Jangan pula sambil tiduran. Posisi duduk berpengaruh terhadap datangnya rasa kantuk. Kenapa posisi duduk berpengaruh terhadap datangnya kantuk? Posisi atu gerak tubuh mempengaruhi kondisi pikiran. Bila Anda duduk bersandar, kondisi pikiran terbawa bada kondisi rileks, atau kondisi siap untuk ngantuk/tidur.
5. Patahkan pola kantuk Anda.
Kantuk itu ada polanya. Meskipun pada saat kantuk datang pikiran bawah sadar segera mengingatkan untuk selalu terjaga, namun bila tidak ada keberanian dari Anda untuk mematahkan pola kantuk, maka rasa kantuklah yang menang. Bablas tidur…!
Salah satu caranya adalah begini. Begitu rasa kantuk datang, sudah mulai menguap, jangan lanjutkan dengan duduk bersandar. Cari aktifitas jeda, aktifitas pemutus agar kantuk terusir. Caranya macam-macam: bisa berdiri dan lakukan gerakan-gerakan ringan, seperti jalan-jalan sebentar, bikin kopi, atau jalan-jalan kecil di ruangan sekedar manyapa teman dan refresing. Hasilnya, tidak akan ngantuk lagi.
6. Yang juga cukup penting adalah : Tehnik mematahkan pola (pikir dan kebiasaan).
Sebab, hampir semua inovasi, penemuan baru, dan hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas, diawali dengan keberanian “mematahkan” pola lama, dan mengantinya dengan pola baru. Adalah tidak mungkin ingin mendapatkan sesuatu yang baru, tetapi masih dengan cara (pola) pikir lama. Demikian halnya dengan pola kantuk yang pada akhirnya (hasilnya) tidur, maka sebelum kebablasan tidur, maka polanya harus diputus.
Tips – tips ini masih subjektif sifatnya. Artinya masih perlu banyak bukti tentang efektifitasnya. Namun, hemat saya, keberhasilan tip ini sangat tergantung pada sejauh mana Anda benar-benar mau membuang rasa kantuk setiap kali Anda terserang. Semakin kuat keinginan Anda untuk benar-benar mengalahkan kantuk, Anda akan berhasil. Selamat mencoba. 
by Stanislav 

PERSIAPAN PENDAKIAN


Untuk menghindari kemungkinan adanya kendala dan ancaman musibah, baik yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam maupun karena kelalaian manusianya sendiri, maka perlu disusun suatu rencana pendakian. Minimal dengan tidak mengabaikan beberapa faktor berikut.

1.      Informasi Jalur, Medan dan Cuaca
Menghimpun informasi dari berbagai sumber dapat membantu kelancaran dan keamanan perjalanan pendakian. Sumber informasi dapat dicari dari:
-          Pendaki yang sudah berpengalaman
-          Tulisan tentang pendakian di media massa
-          Berita dan musibah dalam pendakian
-          Instansi terkait (PHPA/Taman Nasional/ BKSDA)
-          Aparat desa/kecamatan setempat dan penduduk terdekat dengan lokasi pendakian.
2.      Kesehatan dan Kondisi Fisik
Mendaki gunung bukanlah kegiatan darmawisata. Tetapi cenderung merupakan olahraga petualangan di alam bebas, bahkan ganas dan akan menguras tenaga. Oleh karena itu, setiap orang yang akan melakukan pendakian harus sehat jasmani dan rohani serta memiliki fisik yang prima.
Jangan sekali-kali memaksakan diri jika kesehatan dan kondisi fisik memang sedang lemah, karena akan berakibat fatal dalam pendakian. Bagi calon pendaki wanita yang sedang menstruasi/haid, sebaiknya tidak ikut melakukan pendakian demi keamanan dan kesehatannya.
3.      Biaya Perjalanan
Untuk mencapai lokasi pendakian, tidak terlepas dari sarana transportasi. Perjalanan dari dan ke tempat tujuan yang harus menggunakan jasa angkutan umum, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bagi pendaki yang merasa dirinya sudah sebagai “anak gunung” yang terbiasa hidup dengan segala cuaca dan tahan bantingan, tidak akan menjadi masalah kalau ternyata harus nongkrong/lesehan semalaman di terminal bus atau stasiun kereta api. Mereka merasa tidak perlu bermalam di hotel. Akan tetapi, dalam menghadapi tarif angkutan umum yang sudah pasti dan tidak bisa ditawar-tawar lagi, maka akan menjadi masalah apabila tidak membawa persediaan dana yang cukup. Oleh karena itu, dalam merencanakan pendakian, pos pengeluaran untuk biaya transportasi harus dikalkulasi secara benar.
4.      Kelengkapan Identitas Diri
KTP, Kartu Pelajar/Mahasiswa atau identitas lainnya dan beberapa fotokopinya harus dibawa, karena akan diperlukan ketika melapor/meminta izin pendakian kepada pihak berwenang (kepolisian, PHPA/BKSDA/Taman Nasional/Desa/Camat)
Apabila terjadi musibah, akan memudahkan mendapat pertolongan dan identifikasi. Bila memungkinkan, sebaiknya pendaki memakai kalung identitas yang terbuat dari logam.
5.      Perlengkapan Pakaian dan Logistik
Jumlah perlengkapan pakaian yang dibawa disesuaikan dengan lamanya pendakian. Adapun kelengkapan lainnya yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan pendakian antara lain:
-          T-shirt dan jaket dapat menyerap keringat. Hal ini bertujuan untuk menjaga sirkulasi udara dan keringat yang dihasilkan oleh tubuh kita. Warna pakaian dan jaket sebaiknya mencolok atau berwarna konstras. Hal ini untuk memudahkan identifikasi dalam pencarian bila terjadi musibah.
-          Celana jeans sebaiknya tidak digunakan selama pendakian. Hal ini disebabkan karena celana jeans akan menyerap udara dingin dan dapat menjadi kaku dan berat bila basah. Sebaiknya pendaki menggunakan celana panjang yang jenis kainnya seperti model tentara yang sekarang.
-          Sepatu gunung, sandal gunung, kaos kaki panjang dan cadangannya, sarung tangan wool, topi kupluk ninja, celana pendek, handuk kecil serta peralatanmandi masing-masing.
-          Kompor gas tabung/kompor tentara dan parafin. Mesting/panci masak tentara, korek api gas dan lilin. Piring plastik beserta cangkir dan sendok makan.
-          Obat-obatan P3K termasuk obat sakit perut/magg, obat migren, kina, obat gosok panas, kertas tisu gulung, lipglos/margarin untuk mencegah retak-retak pada bibir akibat kedinginan (suhu rendah)
-          Tenda, dum/lembaran plastik untuk ngekem/bivak, peta topografi/medan/wilayah, kompas dan faltimeter. Dapat juga membawa cermin kecil dan sempritan/peluit sebagai alat untuk meminta bantuan (SOS) bila terkena musibah.
-          Perlengkapan survival seperti jarum jahit, benang, silet/cutter, gunting, karet ban dalam mobil, mata kail dan talinya, karet gelang, bandringan (ketapel) kaca pembesar (suryakanta), peniti.
-          Pakaian cadangan, batu baterai cadangan dan kamera dimasukkan ke dalam kantong plastik agar tidak lembab terkena embun dan hujan.
-          Margarin untuk pelembab bibir disimpan dalam tabung plastik bekas film foto agar tidak beku. Demikian juga dalam membawa pentol korek api.
-          Makanan dan minuman yang biasa dibawa oleh pendaki gunung adalah mie kering, roti, biskuit, telur asin/rebus, bubuk/serbuk minuman kemasan (vitamin C, kopi, jahe, dan sejenisnya), gula pasir, gula kelapa/aren, garam dapur, madu, minyak ikan, abon/kornet/dendeng, havermout, susu kental manis/coklat.
-          Air minum dalam kemasan botol plastik. Apabila sudah kosong, botolnya dapat digunakan lagi sebagai tempat air.
-          Kalau membawa beras, asalkan bisa mendapatkan air yang cukup untuk memasaknya.

CATATAN
-          Bawalah logistik secukupnya sesuai dengan lamanya pendakian. Bila ada yang harus dimasak lebih dahulu, hendaknya tidak menggunakan air dan waktu terlalu lama. Maksudnya adalah untuk menghemat air, karena tidak semua kawasan gunung memiliki sumber air.
-          Jangan membawa makanan yang mudah basi.
-          Cara membawa makanan/minuman jangan dipusatkan pada satu orang. Sebaiknya setiap orang membawa logistik minimal untuk dirinya sendiri.
-          Perjalanan mendaki membutuhkan makanan berkalori tinggi. Untuk seorang pendaki rata-rata dibutuhkan 400-500 kalori per hari. Kekurangan makan akan mudah diserang udara dingin dan berakibat fatal seperti kejang perut (kram).
-          Hindarilah minuman beralkohol/minuman keras, agar tidak lepas kontrol dan hilang keseimbangan, terutama ketika ngetrek di punggung lereng atau jurang terjal. Disamping itu, dapat merusak kekompakan tim dalam rombongan atau bermasalah dengan pendaki lain.

PePetunjuk Praktis Mendaki Gunung, Soetardjo Addy